Tuesday, April 27, 2010

Nikmatnya Duduk Diantara Dua Sujud


Saatnya sudah tiba. Lebih dari dua jam lelah mendera mata. Begitu juga jemari ini, mulai terasa kaku. Pinggang dan punggung juga terasa sangat pegal.

Aku meninggalkan kepenatanku di atas meja, berjalan menuju tempat air berada. Melepas penutup kepala dan berniat untuk membersihkan diri. Selesai membasuh sesuai rukun dan tuntunan aku menghadap.

Ruangan yang tak terlalu luas ini menyajikan kelapangan di hati. Ruang yang penuh sesak dipenuhi rekan yang bertujuan sama ini terasa sangat lega di hati.

Aku memulai, melafalkan kebesaranNya . Dan setelah meletakkan sujud ini di bawah, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Ya, duduk diantara dua sujud.

Meski tidak melakukan pekerjaan dengan berdiri atau jadi kuli, meletakkan diri pada kursi membawa rasa kelelahan yang teramat sangat. Dan saat meletakkan diri dalam posisi duduk dibawah, itu sangat luar biasa.

Alhamdulillah, aku selalu merasa nyaman saat berada diantara dua sujud.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَارْفَعْنِي.
“Ya Allah ampunilah dosaku berilah rahmat kepadaku tunjukkanlah aku {ke jalan yg benar} cukupkanlah aku selamatkan aku {tubuh sehat dan keluarga terhindar dari musibah} berilah aku rezeki dan angkatlah derajatku.”

Mari lebih memaknai setiap gerakan dengan bacaan yang terusap dari lisan. Semoga kita terus diingatkan atas keberadaan dan kebesaranNya


***
GaL
4:44 pm
27 April 2010

Mencoba menikmati semua yang kita miliki

Friday, April 23, 2010

Aku Bukan Kutu Buku


www.dailymail.co.uk/home/books/article-1018371/More-just-token-gesture.html 
 
Dari kecil saya mencintai buku. 
 
Masih terekam jelas di memori saya, saat saya membawa-bawa buku serial Tini keluaran Gramedia dan meminta Ibu saya membacakannya untuk saya.
 
Lucu memang, belum bisa membaca saja sudah bergaya punya buku banyak sekali. Bahkan mulai saya duduk di bangku Taman Kanak-kanak, saya sudah rutin meminjam buku di perpustakaan. Bacaan kesenangan saya saat masih kecil adalah serial Tini. Saya suka sekali dengan gambarnya.
Menjelang SD, saya mulai membaca buku yang tak memiliki banyak ilustrasi. Ayah saya juga rajin membelikan saya buku serial cerita rakyat. Kebiasaan meminjam buku dari perpustakaan juga tak hilang. Saya ingat sekali saya rela mengantri berminggu-minggu dengan teman saya, demi meminjam dan membawa pulang buku yang saya suka untuk dibaca.

Jelang SMA, saya tak sehoby dulu membaca buku. Saya ingat buku terakhir yang saya punya saat SMA adalah novel Lupus yang berkover warna merah terang.

Memasuki  perguruan tinggi, buku menjadi kembali sangat penting. Tapi buat mahasiswa arsitek seperti saya, bukan untuk dibaca. Buku hanya saya buka-buka dan saya perhatikan detail gambar dan fotonya. Gambar-gambar di buku-buku arsitek adalah inspirasi!

Hari ini diperingati sebagai hari buku internasional. Tahukah anda, bahwa ada event perayaan besar-besaran selama satu bulan ini di Indonesia? Yap, nama eventnya World Book Day Indonesia 2010. Agendanya bermacam-macam. Lebih lengkapnya bisa main ke situsnya di: http://www.worldbookdayindonesia.org/konpers.php

Nah, kalau dulunya saya sebagai pembaca buku, saat ini saya sedang bermimpi untuk bukan menjadi kutu buku saja, tapi saya adalah penulis buku!

Memulai dengan karya kompilasi, suatu saat bisa saja sudah ada banyak buku yang dipajang di etalase toko buku atas nama Galuh Parantri. Someday, who knows. :)

Buku memang lautan ilmu… Dan dalam keyakinan saya, sebuah pahala yang tak pernah putus bisa kita dapatkan dari sebuah buku. Bila anda beramal buku, selama buku itu masih dibaca dan diterapkan, pahala anda akan mengalir terus! Insya Allah.

Mari kita sama-sama melestarikan kebiasaan membaca dimana saja, kapan saja, apa saja bacaannya :)
Selamat hari buku!


GaL
Catatan penting gak penting seorang Galuh :)

Thursday, April 22, 2010

Asyik Meski Tanpa Plastik



source http://wendmag.com


“Tiga ribu mbak.”

Kuserahkan satu lembar uang duaribuan dan selembar uang seribuan ke penjual ketan di jembatan penyebrangan ini.

Dia menerima uang pemberianku dan menyerahkan ketan hitam yang dibungkus plastik hitam.

“Eh mbak, ngak usah make plastik.”

Aku mengeluarkan bungkusan ketan hitam dari dalam plastik, dan menyerahkan kembali plastik hitam tersebut kepada si penjual.

si Mbak itu hanya bengong menerima plastik tersebut dari tanganku.

Mungkin dia berpikir, apa ada yang salah dengan plastikku?

Jawabannya tidak ada yang salah.

Tuesday, April 20, 2010

Sirius




Dia melintas, dan seperti biasa kami terpesona. Iya kami, bukan hanya aku, atau dia, atau beberapa temanku disini, tapi kami semua.

"Gile... cakep!"

"Muke lo!"

"Terbuat dari ape tu cewek ya?"

"Subhanallah..."

"Heh! Cewek gue tuh!" Aku bersuara lantang memecah semua kekaguman teman-temanku.

"Ngimpi lo ye!"

"Ngaca nyet!!"

Semua teman-temanku tertawa merespon kalimatku barusan. Sial.

:::

"Hai."

Cewek yang selama ini hanya aku kagumi dari jauh kali ini hanya berjarak kurang dari setengah meter didepanku.

Dia menoleh. Tersenyum dan meneruskan bacaannya.

"Gue Eja, Fisip 99"

Tanganku terulur ke hadapannya.

Lagi-lagi dia menoleh dan hanya tersenyum. Menyejukkan mengalahkan angin sore yang bertiup menggerakkan dedaunan pada pohon besar di taman kampus ini.

Kutarik kembali tanganku.

"Mmm... boleh gue duduk?" Tanyaku sambil menunjuk sisa bangku yang ia duduki.

Dia menoleh dan tersenyum lagi. Tangannya memindahkan tasnya ke sisi kanannya sehingga sisi kirinya tersisa ruang bangku yang siap untuk kududuki.

Aku duduk disebelahnya.
Anjrit! Gue daritadi disenyumin doang! Terus gue ampe kapan kudu nerima jawaban dalam bentuk senyum? Mak! Tolongin gue Mak... uda kepalang basah gue diduduk disebelah die!!

"Mmm... suka baca ya?"
sumpah yang ini basi banget pertanyaan gue.

Dia menoleh dan tersenyum. Lalu kembali membaca bukunya.

Aku menggaruk-garuk kepalaku. Bingung harus menanyakan apalagi padanya.

"Lo suka banget ya duduk disini?"

Dia menoleh dan tersenyum lagi. Kali ini mengangguk mengiyakan.

"Udah lama?"

Dia menoleh dan tersenyum lalu menggeleng.

"O... masih lama nggak?"

Dia menoleh dan mengangguk. Lalu kembali membaca bukunya.

Sumpah nih cewek, gagu apa ya? Senyam senyum doang daritadi. Mati gaya gue.

Aku tak kehabisan akal, kukeluarkan dua gelas plastik air mineral dari dalam tasku.

"Minum?"

Kusodorkan satu gelas kearahnya.

Dia menoleh tersenyum, dan meraih gelas air mineral yang kutawarkan. Langsung ia buka dan ia teguk sampai habis. Lalu kembali membaca.

buset... haus kali ya ni cewek?

"Mmm haus ya lo?"

Dia tak merespon pandangannya fokus pada bukunya.

Aku menebar pandangan ke sekeliling taman kampus ini. Semua mahasiswa lalu lalang. Beraneka macam tingkah lakunya. Aku berharap tak ada temanku yang memergokiku sedang duduk ditengah taman ini bersama si cewek idaman.

Lampu taman satu persatu mulai menyala, langit memang sudah mengarah ke senja. Sebentar lagi akan gelap.

Aku menalikan tali sepatuku yang terlepas, sambil membungkuk aku mencoba bertanya lagi, "Uda mo malem ni, lo pulang ama siapa?"

Dia menutup bukunya. Lalu memandang langit.

Ampun dah ni cewek...ditanyain malah ndongak ke langit. Yang nanyain disini woi!! buakn diatas sono!!

"Liat apa sih?" Aku mencoba mencari tahu apa yang ia pandangi dilangit.

Dia menoleh dan tersenyum, "Liat bintang."

Set dah....Suaranya bening banget jo....

"Ow.. lo liat bintang? Daritadi lo disini nungguin liat bintang?"

Dia mengangguk.

"Bintang apa?" tanyaku

Dia menunjuk satu bintang yang terang di langit sebelah barat.

"O... lo nungguin Sirius..."

Dia menoleh padaku, lalu tersenyum, "Lo tau Sirius?"

Aku mengangguk. "Sirius nama lainnya Alpha Canis Majoris. Adalah bintang paling terang di langit malam, dengan magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak di rasi Canis Major dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan komponen sekunder sebuah katai putih."

Dia memandangku, "Wah... kamu tau?"

Aku meneruskan, "Sirius dapat dilihat hampir di semua tempat di permukaan Bumi kecuali oleh orang-orang yang tinggal pada lintang di atas 73,284° utara. Saat terbaik untuk dapat melihat bintang ini adalah sekitar tanggal 1 Januari, dimana dia mencapai meridian pada tengah malam."

"Iya... bener.."

"Pada kondisi yang sesuai, Sirius dapat dilihat dengan mata telanjang saat Matahari masih berada di atas horison. Ketika berada di atas kepala, bintang ini dapat dilihat pada kondisi cuaca sangat bersih, asalkan pengamat berada di tempat yang tinggi, dan posisi Matahari cukup rendah." aku meneruskan penjelasanku, aku senang dia tertarik dengan apa yang aku ungkapkan.

Dia tersenyum lebar dan menyusun bukunya di dalam tas.

"Dan..nama bintang ini berasal dari bahasa Yunani Seirios, yang berarti "menyala-nyala" atau "amat panas" Aku menutup dongengku.

yes, ternyata gampang, hanya cukup mendongeng soal bintang aje...

Dia mengangguk dan mengulurkan tangannya.

Aku menjabatnya dan mengulangi perkenalanku "Eja, Fisip 99"

"Aku Sirius. Sang bintang yang terang."

Langit senja terasa semakin indah! I love Sirius!!

***
GaL
21:13pm | 19 April 2010

Friday, April 16, 2010

Hati (Sakit)



Aku terengah-engah.

Rasanya aku sudah nggak sanggup lagi bekerja. Sudah puluhan tahun aku meletakkan loyalitas aku untuk bekerja keras.

Aku sudah tak sangup lagi meneruskan ini.

Aku sudah tak sesempurna dulu.

Aku tak bisa maksimal bekerja.

"Maafkan aku rekan. Tapi ini aku sudah nggak bisa lagi bekerja dengan baik."

"Kita satu tim. Dan kita bekerja bukan hanya satu dua hari. Kamu tau itu kan?"

Aku mengangguk.

"Tapi lihat apa yang aku lakukan padamu. Aku menyiksamu teman. Karena aku sudah tak lagi dapat bekerja dengan maksimal, ini berdampak pada kinerjamu."

Dia terlihat lelah, sangat lelah dihadapanku. Tetapi dia masih memiliki semangat. Dia masih memacu dirinya untuk terus bekerja.

Dia tersenyum ditengah wajahnya yang sudah sangat payah.

"Kalau kau berhenti bekerja, maka aku juga akan berhenti." ucapnya.

"Ini memang semua berawal dari kesalahanku." aku berucap lirih.

"Jangan menyalahkan diri sendiri teman!"

"Bagaimana tidak, ini semua bermula dari aku. AKu yang tak lagi bekerja dengan baik, aku sudah tak lagi bekerja sesuai fungsi ku. Lihat aku, aku mengenaskan!"

Aku berteriak air mataku tak terbendung. Perasaan bersalah menyelimutiku.

"Aku sudah tak bekerja dengan baik! Aku tak lagi bisa memecah senyawa racun padanya! Tak ada lagi detoksifikasi yang baik padanya!" Aku semakin kencang berteriak.

"Lihatlah tubuhnya sudah membiru, semua racun telah mengalir padanya. Ini semua karena kesalahanku! Aku hanya bisa mengalirkan darah kotor, dan semua bermuara padamu teman!"

Dia yang tadi terlihat masih bersemangat memacu diri, tiba-tiba melemah.

"A..aku.. Aku rasanya juga sudah tak kuat lagi , hati. Darah yang aku terima tak lagi sehat untuknya, dan aku semakin melemah. Aku.. a..aku tak kuat."

Detak itu kurasakan melemah. Semakin melemah. Hingga berhenti.

:::

Tangis memecah diruangan serba putih itu. Meski ruangan putih, namun aura hitam terasa sekali. Aura duka.

"Ibu....."

Si anak terisak dan memeluk tubuh ibunya yang tak lagi bernyawa membujur biru kaku. Laki-laki berkacamata memeluknya dari samping. Itu kakaknya.

"Dek, Jantung dan Hati Ibu sudah lelah bekerja, jadi doakan saja Ibu sekarang tenang dan tak lagi tersiksa."

***

GaL
1:20 pm | 16 April 2010

Notes:
Bayangkan saat salah satu organ tubuh kita sudah tak sanggup lagi bekerja dengan baik. Kerusakan menyeluruh pada tubuh kita akan menjadi derita bagi kita. Mari, jagalah kesehatan kita di sisa kontrak hidup yang Allah beri.
Ingatlah perkara sehat sebelum sakit

101 Kisah Lavatory- Cantik Mana?

Kubuka dan kubaca pesan singkat yang masuk itu.
Dia dari toilet kan? Pasti dia cerita sama kamu. Ada cerita apa?



:::

Cepat-cepat kumatikan handphoneku. Aku belum bisa memutuskan akan bercerita pada si bos atau bungkam. Pilihan sulit. Ah nanti sajalah. Semoga aku tidak bertemu dengan bos besar itu nanti.

Kumasukkan handphoneku dan memberesi perlengkapan kerjaku segera meninggalkan lavatory.

:::

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku harus menyudahi jam kerjaku. Teman-teman shift sore sudah sedari tadi terlihat dan bekerja.

Aku terlalu rajin, sampai jam segini masih berada di kantor. Ini gara-gara terlambat makan siang dan serentetan kejadian setelahnya.

"Kamu belum pulang?", pengawasku menegurku.

"Iya bu, ini sudah mau ganti baju."

"Ya sudah cepat sana. Besok jangan sampai terlambat, karena ada meeting bos-bos besar pagi. Jadi lavatory harus rapi."

Aku mengangguk dan bergegas masuk ke ruang ganti.

:::

Aku sedikit tergesa keluar dari ruang ganti menuju lift. Berharap si Bos itu tak memergokiku. Cepat-cepat aku berjalan melintasi ruang kacanya.

Kulirik mejanya, fyuh kosong tak ada sosok bos itu disana. Hanya terlihat si mbak maskara yang serius menatap layar monitornya.

Bearrti aku aman, pasti si bos sedang ngopi di cafe bawah. Aku berpikir sambil lalu. Aku sudah mendekati pintu tangga darurat untuk mencapai lift servis.

"Mi! Mila!"

Ada yang memanggil, dan aku menoleh lemas karena kumulai hafal dengan suara ini, ya suara si bos.

"Ya bu?"

"Sms saya kok tidak kamu balas!"

Ia mendekatiku dan menarik lenganku memaksaku masuk keruang tangga darurat.

"Kenapa sms saya kok tidak dibalas?" Sekali lagi ia bertanya saat kami hanya berdua di ruang tangga darurat.

"Eeeng..ee.. itu bu, tadi hape saya tiba-tiba mati, jadi belum sempet bales bu."

"Arhhh.." Tangannya melepaskan cengkramannya dari lenganku berganti mengacak-ngacak rambutnya.

Aku dia mematung memandangi bos yang saat ini tengah gusar.

"Oke, jadi ceritakan saja langsung, ada info apa? Perempuan itu tadi pasti bicara banyak saat ke toilet kan?"

Aku gugup. Pilihan sulit yang sedari tadi aku khawatirkan untuk membuat pilihan.

"Ada cerita apa?" tanyanya lagi sambil mendekatkan wajahnya padaku.

"Ee...eee..."

"Lama banget deh kamu!"

"I ..iitu bu. Mmm Mbak itu tadi terima telpon. Katanaya nanti malam mmm...."

"Kenapa nanti malam?"

"Mm.. nanti malam kataanya... dia mau dijemput."

"Siapa?? Siapa yang mau jemput?"

"Engg...yang jemput..katanya... yang ngajakin dia makan makam..bu.."

"Siapa? Yang ngajakin makan malam itu siapa?"

"Engg...sa..saya gak tau bu. Namanya saya gak tau bu." Aku hampir menangis.

"Kamu yakin itu saja infonya?"

Aku mengangguk

"Bagaimana mungkin?!!"

Bos berteriak. Kesal mungkin. Marah pasti. Tapi jelas tidak padaku. Kalau padaku pasti ia sudah membunuhku barangkali.

"Mila! Kamu jannji ceritain semua ke saya ya kalau ada apa-apa. Ini penting Mila!"

Aku mengangguk lagi.

"Yakin Mila, tak ada yang mau kamu sampaikan lagi?"

Aku menggeleng.

" Ya sudah. Yang jelas dia akan makan malam dan dijemput nanti?"

"Iya bu."

"Oke."

Aku masih diam. Salahkah aku bercerita apa yang aku dengar kepada bos? Gimana nasibku terkait dengan sobekan kertas Laporan Keuangan itu? Padahal mbak maskara berjanji melindungiku sekarang aku mengkhianatinya.

Aku merasa bersalah. Pikiranku tak fokus.

"Mila!"

"Eh iya bu?" Aku kaget

Si Bos tampak merapikan bajunya dan menyisir rambutnya dengan jari-jari lentiknya. Meski sudah memiliki anak, si bos punya selera berpakaian. Memadu-madakan warna dan asesoris. Penampilannya sangat menarik. Sayang, badannya sudah tak seindah saat ia belum melahirkan.

Aku menunggu apa yang akan dia tanyakan lagi

"Cantik mana saya dengan dia?"

***

GaL
1:45 pm | 15 April 2010

Wednesday, April 14, 2010

Degradasi



Aku mulai membaca pesan-pesan yang masuk ke kotak masuk

Ting!
Ayoo donk, masak kalah lagi Persija sore ini. Menangin ya Tuhan!

Ting!
Bismillah... Persitara is the best.

Ting!
Saya berdoa BP kasih gol yang banyak sore ini! Jangan degradasi!

Ting!
Jangan ada yang cedera ya Tuhan. Persitara harus prima. Amin!

Ting!
Tidak boleh kalah Tuhan.. Derby kali ini Persija menang.


Fyuh, ada-ada saja permintaan manusia-manusia ini. Semua memohon tim andalannya menang. Pertandingan sore ini memang babak penentuan , yang kalah akan masuk zona degradasi.

Aku disini bertugas tak kenal lelah menyortir pesan yang masuk dan aku teruskan padaNya. Sayap kecilku ini penanda bahwa aku adalah si penyampai pesan.


Ting!
Tim favoritku Persitara...ayoo dong main yang baik. Jangan sampai degradasi.

Ting!
Saya sudah ngorbanin diri nggak narik metromini saya buat ngangkut the Jak Tuhan, Persija kudu menang!

Ting!
Berkati pertandingan bola sore ini Tuhan, aku akan mendukung Persitara!

Ini hanya tahapan penyortiran agar Dia tak terlalu dipusingkan dengan banyak keinginan manusia-manusia pecinta pertandingan bola seperti sore ini.


Ting!
Warung kopi ini tambah rame yang nonton bola kalau nyenggol degradasi gini! Amin,amin,amin.

Ting!
Jangan hujan Tuhan, Persitara nggak hoki dengan hujan.

Ting!
Jangan ada tawuran pendukung Persija dan Persitara ya Tuhan, saya mau pulang cepet sampai rumah.

Ting!
Persitara harus menang. Semoga Tuhan memberkati!


Pesan-pesan yang terekam dari setiap ucapan manusia secara otomatis aku terima. Dan aku pilihkan untukNya. Pemberi keputusan ada padaNya. Kita lihat siapa yang akan memenangkan pertandingan kali ini

"Sudah telitikah kerjamu?" SuaraNya terdengar menegurku.

Aku mengangguk.

"Yakin?"

Aku mengangguk lagi.

"Kamu sortir berdasar apa semua doa ini?"

"Kata kuncinya sore ini ...bola.."

"Lalu... Persitara..." Aku terbata-bata berusaha mengingat-ngingat.

"Lalu.. Persija..."

"... dan degradasi" Aku menjelaskan padaNya.

"Coba perhatikan satu doa ini.."

Kubaca pesan itu
Tuhan, aku tidak mau siapapun terdegradasi, sampai kaos warna oranye dan biru ini laku.


Dibawah sana, seorang anak kecil mengenakan kaos bola MU tampak duduk murung memegang bola.
Ia berada disamping orang tuanya yang berjualan kaos bola didekat pintu masuk stadion.

***

GaL
Lantai 31| 5:11 pm | 13 April 2010

Note:
Bersyukur atas rejeki yang diberikan, dan tetap dukung maju persepakbolaan Indonesia sambut piala dunia! #apasih

Degradasii adalah pemindahan satu atau lebih klub terburuk dari suatu divisi yang lebih tinggi ke divisi yang lebih rendah pada akhir musim kompetisi.

Monday, April 12, 2010

Proses Blog Saya

Sudah lama nggak bercerita soal keseharian di Blog, sejak FaceBook bisa mengakomodir itu.
Blog ini kujadikan tempat karya-karyaku yang kebanyakan fiksi :)


Lucu juga waktu membaca history blog ini, im starting at 2005!
Tulisan gue berubah mulai dari yang snagat tidak penting sampai sekarang bisa menulis berseri-seri Cerpen. 



Perkembangan yang menyenangkan...
Dari saya lulus kuliah, bekerja kesana kemari hingga sekarang terdampar di Jakarta




Saya sangat mencintai proses ini.
Dan mencintai orang disekeliling saya saat say berproses.
I love u all!



Friday, April 02, 2010

101 Kisah Lavatory- Jangan Cuci Tangan






“OMG ‘Laporan Keuangan Tahun 2009′ ???”



Aku kaget. Mbak maskara dan mbak kacamata kali ini sangat kompak. Dengan ekspresi mereka yang juga sama, mengernyitkan dahi dan bersuara lantang.



"I..iya mbak..."



"Udah siniin, lo diem ajah. Kalau bos itu tanya-tanya soal kertas ini, lo pura-pura nggak tahu aja. "



"Tapi saya takut mbak, ini...ini nggak apa-apa kan mbak?"



"Tenang aja..." Mbak berkacamata mencoba menenangkanku."Kamu aman kok. Ini nggak ada kaitannya dengan kamu."



Tiba-tiba pintu lavatory terbuka. Dengan sigap mbak Maskara menyimpan sobekan kertas ke dalam saku kirinya.Lalu keduanya bergegas membuang tissue kotor mereka dan berlalu.



Aku menoleh ke arah pintu, ow ternyata bos cerewet itu kembali ke toilet ini.



"Siang bu." aku menyapa meski sedikit gugup mencoba terdengar wajar.



"Iya saya mau ketemu denganmu. Dari tadi pagi selalu tertunda."



Deg!



"Sa..saya bu? A..ada apa ya Bu?" Jantungku berdegup kencang. Baru saja aku merasa tenang karena tak lagi membawa sobekan kertas dengan judul yang cukup rahasia. Kali ini aku harus berbohong tak bisa memberi keterangan apa-apa ke bos cerewet ini.



Wajahku mungkin sudah tak karuan, aku hanya meremas-remas lap kotor yang berada di genggamanku mengurangi kecemasanku.



"Handphonemu sudah kamu matikan?"



"Su..sudah bu."



"Jangan sampai supervisor kamu tahu kamu main-main handphone selama kerja!"



"I..iya bu.."



Si bos cerewet ini membasuh kedua tangannya di wastafel. Dan aku masih mematung disampingnya.



"Saya minta nomor handphonemu." Ujarnya dingin sambil terus membasuh tangannya.



"Nomer saya bu?"



"Iya." Ia menoleh padaku sambil menadah sabun cair pencuci tangan.



"Ba..baik bu.."



"Kirim sms saja ke nomer saya. cepat. nomer saya, 0-8-1-1-1-1-0-0-1-1."



Dengan gugup aku mengeluarkan handphoneku menyalakan lalu menuruti perintah si bos, mengirim 1 pesan singkat yang kosong ke nomer yang ia sebutkan.



Handphone si bos ini berbunyi tanda sms ku sudah masuk di inboxnya.



"Oke. Jadi begini." kali ini si bos sudah selesai mencuci tangannya lalu berjalan mengambil tissue di sudut ruang."Kamu pasti sering mendengar percakapan dua orang krocoku tadi kan?"



Aku yang tadinya panik akan mendengar kata-kata kertas dan laporan keuangan tiba-tiba terkejut si bos ini membahas kedua mbak-mbak yang sangat karib tadi.



"Iya Bu. Kadang-kadang."



"Nah. Tugasmu gampang, cukup meneruskan pada saya apa yang kau dengar dari setiap percakapan mereka di toilet ini. "



O..o... Bos ini mungkin mencium gelagat mbak maskara yang punya affair dengan laki-laki selingkuhannya. Jadi ini bukan masalah sobekan kertas yang kutemukan tadi pagi?



"Lalu... kamu tinggal sms saya, nanti biar saya telpon kamu. Tentunya saat jam istirahat. " Dia selesai mengeringkan tangannya lalu meremas tissue itu menjadi gumpalan ditangannya.



"Ba..baik bu."



"Mengerti kan?"



"Mmm.. ee..ii...iya bu." Aku menjawab sedikit berat dan ragu-ragu. Bagaimana mungkin aku jadi mata-mata seperti ini? Sementara kedua mbak tadi baik hati mau melindungiku soal sobekan kertas yang kutemukan.



"Oke. Saya tunggu info dari kamu."



Si bos ini melenggang menuju pintu keluar sambil membuang tissue kotor ke tempat sampah.



Tiba-tiba langkahnya terhenti saat memegang handle pintu dan berbalik padaku.



"Tadi pagi saya mau bertanya soal sampah."



Deg!

Ini bagian yang daritadi aku khawatirkan dia ingat tadi pagi menemuiku di core tangga darurat menanyakan smapah semalam.



"Ke..kenapa bu dengan sampah?" aku merespon kalimatnya.



"Kamu ada nemuin kertas kecil gitu...."



Kalimat si bos ini menggantung sambil berusaha mengingat-ingat sesuatu. Aku semakin panik menunggu terusan kalimatnya.



"...emmm... kecil..warna putih... "



Lagi-lagi kalimatnya menggantung



"Mmm...ya ituh lho..kertas karcis parkir gituh... lihat nggak?"



Fyuh....!!

Si bos ini kehilangan karcis parkirnya?? Hampir aku pingsan ditempat kalau sampai yang keluar dari mulutnya adalah soal sobekan kertas laporan keuangan.



"Engg...enggak bu... nggak ada."



"Ah yasudahlah mungkin keselip di dompet saya. Saya semalam naik taksi, karena males bayar denda karcis hilang."



Pelit juga si bos ini. Bossy, kentutnya bau, rasa ingin tahu besar, pelit pulak! Aku merutukinya dalam hati.



Ia menarik handle pintu dan berlalu.



Aku menarik nafas lega. Mencuci tanganku yang sedari tadi meremas lap kotor.



Pintu terbuka lagi, dan si bos berdiri lagi di depan pintu. Aku terkejut. Apalagi bos??



"Ya Bu?" aku bertanya.



"Ingat ya, yang tadi RAHASIA. Dan kamu jangan cuci tangan kalau sudah terlibat urusan dengan saya."





***

Jumat, 2 April 2010

14:14